RSS

lirik lagu SNSD-foever/ i want to dream with you forever


lagi pengen banget ngepost lirik ini, karena artinya menyentuhku banget...
 
 SNSD-FOREVER

yeongwonhi neowa ggumgugo shipda

gibun joheun parameul ddara
nuni pushin jeo haneul arae
areumdaun norae joheun hyanggiro gadeukhan neowa geotneun gil
gieokhani cheoeum mannatdeon eosaekhago natseon shigandeul
seoteulgo eoryeotdeon nal geujeo mareobshi jikyeojun nege komawo

duo sekbid 'dodol' berkelana


Hari minggu emang waktunya buat jalan-jalan keluar bareng temen-temen bahkan pacar-pacar..*emang punya pacar berapa? Wkwkwk..

Tapi, beda dengan aku si gadis jomblo lemah lebut nan malang ini. Hari minggu adalah waktunya buat beres-beres rumah. Hiks,, mulai dari nyuci piring, nyuci sepatu,nyuci tsendal, nyuci rumah (?)de el el. Bosen banget kan?. Lebih bosen lagi kalo semuanya udah selesai dikerjain, mau ngapain lagi coba? Paleng Cuma ngejogrok depan tipi, tidur-tiduran di kamar sendirian *ya iyalah sendirian! Emang mau sama siapa hah! Inget Dosa! Plakk!

Minggu ini, sama kayak minggu-minggu biasanya, aku Cuma diem dirumah. Duduk leyeh-leyeh sambil menikmati segelas minuman sereal. Terus masuk kamar baca buku hasil pinjem diperpus yang gak dipulang-pulangin dari jaman jebot. *Hihihi..yang ini jangan ditiru yah, bisa-bisa ntar pas dipulangin, kita kena sembur sama penjaga perpusnya.kalo aku mah udah kebal! wkwkwk

tanah basah


Tak penah terpikir olehku
Kau dengan teganya pergi!
Apa disana kau lebih bahagia?
Apa disana lebih indah?
Dibandingkan disini bersamaku!

Kulihat kau berbaring kaku dibawah sana
Sedikit demi sedikit tanah basah itu menutupi tubuh mu.
Aku ingin teriak agar kau bangun!
Jangan disana! Bukankah gelap?
Kenapa kau tetap diam! Bangunlah!
Sampai tanah itu berubah jadi gundukan
Dan kau tetap diam dibawah sana

Ku hirup kembali aroma tanah basah yang menutupi tubuhmu itu
Aroma bunga kamboja yang menyeruak
Kupandangi sekeliling
Orang-orang yang ku kenal menangis.
Terlihat olehku sebuah nama tertera di batu itu
Itu, itu namamu
Ibu.

'something' for 'someone'


Sampai sekarang, benda aneh itu masih teronggok sendirian dipojok lemariku. Terselubung diantara pakaian-pakaian yang menumpuk uwel-uwelan. Sengaja ku sembunyikan dari penglihatan orang-orang rumah yang kadang-kadang dengan beringas menggeledah lemari. Huh. Kalo sampe ada yang tau,terus nanya ‘itu apa dan buat siapa, kenapa disimpen aja?’ bisa pingsan aku saking bingungnya mau jawab apa.

Benda ini emang bikin aku gila! *tapi aku emang udah gila deng! Hihihi. Aku pusing, harus ku apakan benda ini sekarang?. Niat awalnya beli ini benda sih buat dikasih ke ‘someone’. Hehehe. Tapi, aku yang pemalu ini,bener-bener gak berani buat ngasih ke ‘someone’ itu. *pemalu.(?)

eppor part 4


Walaupun masih sekolah, mustinya kita harus udah bisa menghasilkan uang sendiri, yah..walaupun dikit. Yang penting kan judulnya ‘uang sendiri’ hasil keringet sendiri. Pastinya orang tua bisa bangga ‘dikit’ punya anak kayak kita. Hihi..

Itulah salah satu alasan sekumpulan makhluk-makhluk antik binti aneh binti langka yang disebut eppor,ngebet baget pengen cari kerja. Selain alasan pengen punya duit lebih, pengen nyari kesibukan bareng, dan yang paling penting cari ‘kecengan’ *hihihi..jiwa dodol teuteup nemplok permanen, yaa..sekali mendayung, dua tiga benua terlampaui kan.. siapa tau ada sesosok makhluk ganteng  mirip artis korea yang nyasar terus ketempat kita kerja gitu,wkwkwk.

tragedi ceker ayam


Emang nasib ya, kalo sekolah kurang perhatiin kita yang lagi terlunta-lunta demi membawa nama sekolah dalam sebuah ajang perlombaan. Hal ini bener-bener gue and temen-temen gue alamin.

Waktu itu kami yang jumlah seluruhnya ada 11 orang, lagi ngikutin lomba yang diadain oleh salah satu sekolah menengah atas yang ada di daerah gue. Karna jaraknya jauh dari kota tempat gue and temen-temen gue, maka kami diwajib-pin buat nginep. Mungkin julukan ‘dodol tingkat super duper akut’ bener-bener cocok nemplok di jidat kami masing-masing. Masalahnya, kami gak bawa peralatan buat nginep selayaknya orang normal. Yang kita bawa Cuma sikat gigi,baju satu potong and mukena. Duit? Pas-pasan!.

kantin


Kantin itu begitu penuh berdesakan. Aku yang semenjak tadi berdiri mematung di depan pintu kantin, masih ragu-ragu untuk melangkah. Padahal cacing-cacing di perutku ini sudah melakukan aksi demo besar-besaran. Meninta agar tuannya untuk segara memberi  BLM alias ‘bantuan langsung makanan’.

Masih kupandangi kantin itu, yang mungkin lebih cocok disebut ‘pasar sekolah’. Lihat saja bagaiman tatanannya. Benar-benar acak tak keruan. Belum lagi tingkah laku para siswanya yang hiperaktif. Salah-salah kalau kita tidak waspada, sambel gorengan yang sedang mereka pegang mendarat bebas di seragam sekolah yang putih nan rawan. Atau,dengan terpaksa karena berhimpitan, mencium aroma ‘terlalu sedap’ yang bersumber dari ketek para manusia pengunjung pasar sekolah. Lebih sialnya lagi, kita yang telah lama berdiri didepan menunggu pesanan harus mendengar suara lonceng tanda waktu istirahat berakhir tanpa sedikit makananpun yang mengunjungi perut. Kantin sekolahku ini memang benar-benar beresiko. Merekalah yang memiliki nyali tinggi yang berani memasukinya. Sedangkan aku, harus berpikir ratusan kali untuk hanya sekedar mendekat.

Ku amati satu pesatu pedangang yang ada di sana. Langkah awal sebelum bertempur adalah memilih diamana kita akan melancarkan serangan. Kupilih tempat penjual gorengan yang terletak di pojok sana. Tempat yang tidak begitu berhimpitan namun masih dalam konteks antrian panjang. Aku harus benar-benar menyusun strategi. Agar selamat tanpa ada goresan atau cap sambal gorengan di seragamku sampai gorengan nan lezat itu berada ditangan.

Aku mulai melangkah masuk. Dengan sigap aku langsung mengambil tempat di sebelah kiri si penjual. Kuambil plastic untuk tempat gorenganku. Cepat kuambil beberapa gorengan. Sampai sini aku aman. Sampai saat aku akan memberi uang kepada si penjual, benda berwarna merah itu mendarat di baju ku. Sambal gorengan terkutuk!. Kucari siapa yang telah mendaratkan sambalnya tanpa ampun di bajuku. Tak kutemukan, mungkin ia seudah kabur terlebih dahulu sebelum aku menyadari bahwa dialah tersangkanya.

Dengan cap sambal gorengan ini di bajuku, kujadikan dia saksi bahwa aku bersumpah untuk tidak kembali lagi ke kantin suram itu.