RSS

kantin


Kantin itu begitu penuh berdesakan. Aku yang semenjak tadi berdiri mematung di depan pintu kantin, masih ragu-ragu untuk melangkah. Padahal cacing-cacing di perutku ini sudah melakukan aksi demo besar-besaran. Meninta agar tuannya untuk segara memberi  BLM alias ‘bantuan langsung makanan’.

Masih kupandangi kantin itu, yang mungkin lebih cocok disebut ‘pasar sekolah’. Lihat saja bagaiman tatanannya. Benar-benar acak tak keruan. Belum lagi tingkah laku para siswanya yang hiperaktif. Salah-salah kalau kita tidak waspada, sambel gorengan yang sedang mereka pegang mendarat bebas di seragam sekolah yang putih nan rawan. Atau,dengan terpaksa karena berhimpitan, mencium aroma ‘terlalu sedap’ yang bersumber dari ketek para manusia pengunjung pasar sekolah. Lebih sialnya lagi, kita yang telah lama berdiri didepan menunggu pesanan harus mendengar suara lonceng tanda waktu istirahat berakhir tanpa sedikit makananpun yang mengunjungi perut. Kantin sekolahku ini memang benar-benar beresiko. Merekalah yang memiliki nyali tinggi yang berani memasukinya. Sedangkan aku, harus berpikir ratusan kali untuk hanya sekedar mendekat.

Ku amati satu pesatu pedangang yang ada di sana. Langkah awal sebelum bertempur adalah memilih diamana kita akan melancarkan serangan. Kupilih tempat penjual gorengan yang terletak di pojok sana. Tempat yang tidak begitu berhimpitan namun masih dalam konteks antrian panjang. Aku harus benar-benar menyusun strategi. Agar selamat tanpa ada goresan atau cap sambal gorengan di seragamku sampai gorengan nan lezat itu berada ditangan.

Aku mulai melangkah masuk. Dengan sigap aku langsung mengambil tempat di sebelah kiri si penjual. Kuambil plastic untuk tempat gorenganku. Cepat kuambil beberapa gorengan. Sampai sini aku aman. Sampai saat aku akan memberi uang kepada si penjual, benda berwarna merah itu mendarat di baju ku. Sambal gorengan terkutuk!. Kucari siapa yang telah mendaratkan sambalnya tanpa ampun di bajuku. Tak kutemukan, mungkin ia seudah kabur terlebih dahulu sebelum aku menyadari bahwa dialah tersangkanya.

Dengan cap sambal gorengan ini di bajuku, kujadikan dia saksi bahwa aku bersumpah untuk tidak kembali lagi ke kantin suram itu.

1 komentar:

Kholilah Dzati Izzah mengatakan...

yakin loe gak mau ke kantin lagi? :P

Posting Komentar